Dalam era media sosial yang semakin berkembang, pengaruh para influencer di kalangan masyarakat Indonesia semakin besar. Mereka tidak hanya berperan sebagai pembawa informasi, tetapi juga sebagai trendsetter dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, muncul pertanyaan mengapa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mengajak para influencer lokal untuk meninjau Ibu Kota Negara (IKN) yang baru di Kalimantan Timur. Artikel ini akan membahas beberapa alasan yang mendasari keputusan tersebut serta implikasinya bagi masyarakat dan dunia influencer di Indonesia.

1. Pertimbangan Strategis Pemerintah

Keputusan untuk tidak mengajak influencer lokal dalam kunjungan ke IKN bisa jadi didasari oleh pertimbangan strategis dari pemerintah. Influencer, meskipun memiliki jangkauan yang luas melalui media sosial, tidak selalu memiliki pengaruh yang sama dalam konteks kebijakan publik. Pemerintah mungkin lebih memilih untuk melibatkan stakeholder yang memiliki latar belakang atau keahlian di bidang pembangunan infrastruktur dan tata ruang. Dalam hal ini, mereka mungkin mengajak para ahli, akademisi, dan pemimpin industri yang dianggap lebih relevan untuk memberikan masukan dan pandangan mengenai perkembangan IKN.

Selain itu, pemerintah juga harus mempertimbangkan citra yang ingin ditampilkan. Mengundang influencer, yang sering kali memiliki gaya hidup glamor dan konten yang berfokus pada hiburan, bisa jadi tidak sejalan dengan misi pemerintah untuk menunjukkan keseriusan dalam pembangunan IKN. Dengan tidak mengikutsertakan influencer, pemerintah berusaha untuk menjaga fokus dan substansi dari kunjungan tersebut.

2. Pengaruh Media Sosial Terhadap Persepsi Publik

Media sosial adalah platform yang sangat kuat, dan pengaruhnya terhadap persepsi publik tidak bisa diabaikan. Namun, terkadang pengaruh ini bisa bersifat negatif. Dalam konteks kunjungan resmi seperti tinjauan IKN, kehadiran influencer bisa jadi memicu kontroversi atau opini yang tidak konstruktif. Misalnya, jika seorang influencer menyampaikan pandangan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah, hal ini dapat memicu debat publik yang tidak produktif.

Di sisi lain, pemerintah mungkin berusaha untuk menjaga narasi yang lebih terkontrol mengenai IKN. Dengan mengajak media tradisional dan ahli, mereka dapat memastikan bahwa informasi yang disampaikan lebih akurat dan berbasis fakta. Hal ini penting untuk menjaga citra IKN sebagai proyek nasional yang strategis dan bukan sekadar objek perhatian di media sosial.

3. Kriteria Pemilihan Partisipan

Dalam setiap kunjungan atau acara resmi, pasti ada kriteria tertentu yang digunakan untuk memilih peserta. Kriteria ini bisa melibatkan latar belakang profesional, pengalaman, dan relevansi dengan tema acara. Influencer lokal, meskipun memiliki banyak pengikut, mungkin tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk acara tersebut. Pemerintah mungkin lebih memilih untuk mengundang mereka yang memiliki pengalaman langsung dalam pembangunan, arsitektur, atau kebijakan publik.

Hal ini bukan berarti bahwa influencer tidak memiliki tempat dalam diskusi mengenai IKN. Namun, mereka mungkin lebih cocok untuk peran sebagai komunikator atau penyebar informasi setelah kunjungan tersebut, daripada menjadi peserta aktif dalam tinjauan itu sendiri. Dengan melibatkan pihak-pihak yang lebih relevan, pemerintah bisa mendapatkan masukan yang lebih berharga untuk pengembangan IKN.

4. Dampak Jangka Panjang terhadap Komunikasi Publik

Keputusan untuk tidak mengajak influencer dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap cara pemerintah berkomunikasi dengan publik. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pemerintah di seluruh dunia mulai menyadari pentingnya media sosial dan influencer dalam kampanye komunikasi publik. Namun, pemerintah Indonesia nampaknya lebih berhati-hati dalam pendekatan ini, terutama dalam konteks isu-isu yang sensitif seperti pemindahan IKN.

Dengan tidak mengundang influencer, pemerintah mungkin ingin menghindari potensi backlash dari publik yang bisa muncul akibat pandangan atau opini yang tidak sejalan. Namun, di sisi lain, hal ini juga bisa dilihat sebagai kesempatan yang hilang untuk menjangkau generasi muda yang lebih banyak menggunakan media sosial. Ketidakhadiran influencer dalam acara penting seperti IKN bisa membuat komunikasi pemerintah terasa kurang modern dan relevan di mata generasi yang lebih muda.

FAQ

1. Mengapa influencer lokal penting dalam pembangunan IKN?

Influencer lokal dapat berperan sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Dengan pengaruh yang mereka miliki di media sosial, mereka dapat membantu menyebarluaskan informasi dan meningkatkan kesadaran publik tentang inisiatif pembangunan.

2. Apa saja pertimbangan pemerintah dalam mengundang peserta untuk tinjauan IKN?

Pemerintah mempertimbangkan latar belakang profesional, relevansi dengan tema acara, dan potensi kontribusi peserta terhadap pengembangan IKN. Mereka lebih memilih untuk mengundang pihak yang memiliki pengalaman langsung dalam pembangunan dan tata ruang.

3. Bagaimana pengaruh media sosial terhadap persepsi publik mengenai IKN?

Media sosial memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk opini publik. Namun, terkadang kehadiran influencer bisa memicu debat yang tidak konstruktif dan mengalihkan fokus dari substansi isu pembangunan IKN.

4. Apa dampak jangka panjang dari keputusan pemerintah untuk tidak melibatkan influencer?

Keputusan ini dapat membuat komunikasi pemerintah terasa kurang relevan di mata generasi muda, yang lebih banyak menggunakan media sosial. Hal ini bisa berdampak pada efektivitas strategi komunikasi pemerintah di masa depan.